Senin, 17 Oktober 2011

Intip dalam kantor... ^_^

Assalamu'alaikum,

mungkin ada yang mau tau suasana dalam kantorku di gedung kwarnas :)
kami yang termasuk dalam bagian team SPC-Shared Processing Center, terdiri dari beberapa bagian, dan krn tidak muat dalam 1 lantai..maka SPC di bagi menjadi 2 lantai yaitu lantai 8 dan lantai 10, dan aku sekarang adalah termasuk dalam penghuni lantai 10, walopun pada awalnya sempat menghuni di lantai 8...

sebelumnya kami semua (SPC) berkantor di gedung annex pusat. tapi berhubung tidak muat jadi semua dipindahkan ke gedung kwarnas pramuka..

nah ini wajah lantai 8 yang masih di renov.....







masih berantakan bukan......!!!!!

ini baru ruangan lantai 8 setelah di selesai di renov....tapi di foto ini masih belum ada komputernya... ^_^'





TARA......inilah ruangan utama kerja nya...







Lembur jam 2 Pagi di malam tahun baru....!!!! Lecek abizzz...





Oke...!! udah liat2 lantai 8 yang di dominasi sama warna biru, sekarang kita naik ke lantai 10 yang banyak warna coklat dan kuning...











kalo di kumpulkan beberapa penghuni lantai 10...maka akan jadi seperti ini...



sampe sini dulu episode liat2 nya...

See-u

Kamis, 29 September 2011

AIR MATA RINDU BILAL BIN RABAH RA.



Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau, daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya menangis tanpa bisa menahan tangisnya.

---------------

Waktu shalat telah tiba. Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa: mengumandangkan adzan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.

Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah.


Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan. Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.

Asy…hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad. ..

Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis di siram rintik-rintik air hujan.
Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul ALLAH


Asy…ha..du. .annna…

Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh. Tubuhnya mulai limbung. Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang terpotong.
Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal. Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq ra. tahu. Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan.




Saat mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah SAW berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, “Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya.” Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.
Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan sabda Rasul, “Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.” lalu ia pun beranjak adzan, muncul begitu saja tanpa ia bisa dibendung. Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat


Bilal pun teringat bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, “Saatnya untuk shalat, saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat.” Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat.

Bilal teringat, saat shalat ‘Ied dan shalat Istisqa’ ia selalu berjalan di depan Rasulullah dengan tombak di tangan menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah kepada Rasulullah SAW. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab ra., satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin perih.

Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk mengumandangkan adzan.

Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang cermin.

----------------

Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad SAW, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya.
Umar bin Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan; berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya. Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.
Bilal menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah.

Ia kembali membujuk dan membujuk. “Hanya sekali”, bujuk Umar.

“Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad, maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?”

Bilal tersentuh. Ia menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..

Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba. Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadarrasulullah


Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul. Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.

Asyhadu anna Muhammadarrasulullah

Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu kembali basah akan air mata.

Hayya ‘alash-shalah, hayya ‘alash-shalah
Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.
Hayya `alal-falah, hayya `alal-falah
Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum muslimin meningkat dan membuncah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?
La ilaha illallah
Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati.

--------------------------

Tahun 20 Hijriah. Bilal terbaring lemah di tempat tidurnya. Usianya saat itu 70 tahun. Sang istri di sampingnya tak bisa menahan kesedihannya. Ia menangis, menangis dan menangis. Sadar bahwa sang suami tercinta akan segera menemui Rabbnya.

“Jangan menangis,” katanya kepada istri. “Sebentar lagi aku akan menemui Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatku yang lain. Jika ALLAH mengizinkan, aku akan bertemu kembali dengan mereka esok hari.”

Esoknya ia benar-benar sudah dipanggil ke hadapan Rabbnya. Pria yang suara langkah terompahnya terdengar sampai surga saat ia masih hidup, berada dalam kebahagiaan yang sangat. Ia bisa kembali bertemu dengan sosok yang selama ini ia rindukan. Ia bisa kembali menemani Rasulullah, seperti sebelumnya saat masih di dunia.

--------------------------

Sumber : darul-asrar.blogspot.com

Rabu, 28 September 2011

Jangan Panggil Kami Ikhwan

Salam,

Rabu, 28 Sept 2011 di jam 2 siang..mataku ngantuk sangat pun....udah jalan-jalan ke meja temen yg laen, udah tilawah, udah cuci muka tapi pas balik ke meja tetap aja ngantuk...mungkin karena hari ini banyak cemilan di kantorku, jadi otaknya kurang oksigen kebanyakan ngemil ^_^ okelah daripada tidur di meja juga badan sakit, dan gak kondusif pula kalo ketauan sama atasan. mau tidur di musholla tapi masih banyak yang pada shalat, mendingan ngeposting di blog sambil makan kacang sama dodol (ttp ngemil).

Btw teringat sama salah satu buku kesayanganku hadiah dari kakak(cani panggilku : panggilan kakak kandung tertua) di islamic book fair tahun 2005. buku itu karangan musafir hayat, umur penulis itu masih muda tapi lupa berapanya. judul bukunya adalah : SURAT CINTA UNTUK SANG AKTIFIS

klo teman-teman pernah baca artikel ttg ikhwan akhwat sejati, salah satunya adalah isi dari buku itu. di postingan kali ini aku teringat sama salah satu bab dari buku itu yaitu tentang

JANGAN PANGGIL KAMI IKHWAN
.....

Saudaraku yang dirahmati Allah…
Salah satu faktor dari dalam yang sering terlupakan atau dianggap remeh adalah masalah “hijab” diantara kita yang kian menipis.



Hijab disini kami pandang dari dzahir dan batin.
Dari dzahir adalah mulai melebarnya nilai toleransi tentang batasan hijab dan pemakluman “keadaan darurat” yang menjurus pada kebiasan untuk menganggap biasa saling pandang, seringnya frekuensi bertemu atau sekedar saling titip pesan!
Dan banyak hal yang tak bisa aku sebutkan satu persatu.
waspadailah dosa-dosa yang kecil itu wahai ukhti shalilah.
Bukankah tak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus?
Tanamkanlah dihatimu wahai saudaraku!
Bahwasanya dosa adalah setiap hal yang membuatmu tidak suka jika diketahui orang lain, karena membuat harga dirimu jatuh.
Berbuatlah ihsan pada diri sendiri dan orang lain.
mungkin kita perlu merenungi sebuah pertanyaan retoris yang dilontarkan seorang ahli hikmah:




Saudaraku, Bantu kami…Jangan panggil kami ikhwan!
Selagi engkau masih menemui kami mengumbar pandangan.
Hingga lepas panah syetan daru busurnya dan melesat dengan sebenar-benar kecepatan kecelah hati tanpa terasa. Hingga lupa makna ghudul bashar menjaga pandanagn) yang pernah kami ceritakan dan kita kaji bersama.
Sebagai kaum Adam, sudah menjadi fitrah untuk senang kepada kaummu, kaum Hawa.
Tapi sungguh fitrah tersebut bisa menjadi salah satu jalan menuju neraka-Nya seandainya kami tidak memaknai dan menerapkannya secara tepat;
sesuai dengan kaidah syar’i.
Dan tentunnya tanpa bantuanmu agar pandangan kami tidak buas dan liar mustahil untuk terwujud.
Apakah menurutmu mungkin seekor singa jantan yang kelaparan akan membiarkan mangsanya lepas begitu saja? Terlebih ketika da kesempatan yang sangat memungkinkan untuk memangsanya?
Mari kita tengok kembali sebuah nasehat dari sebuah hadist qudsi.

"Pandangan mata itu adalah sebuah anak panah dari panah-panah Iblis. Maka barangsiapa meninggalkannya (mengelakkannya dari melihat wanita) karena takut kepada-Ku, niscaya Aku ganti dengan iman yang dirasakan lezat manisnya didalam hatinya.” (Riwayat Thabrani dan Hakim dari Ibnu Mas’ud)

Ketahuilah, kami akan jujur kepadamu.
Kami adalah laki-laki normal dan punya keinginan-keinginan.
Kami bukan malaikat!
Dan seringkali walau secara dzahir kami menjaga adab-adab Islamiyah, namun disisi lain kami juga bisa terjatuh dalam menikmati keberadaanmu, kaum Hawa.
Akankah engkau dan kaummu tega jika kami terjatuh dalam kubangan yang penuh kemaksiatan itu?
Jawablah jujur wahai ukhti...!
Jujurlah padaku...!




Saudaraku...Jangan panggil kami ikhwan!
Jika engkau masih melihat kami berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis bukan mahram)
dan berikhtilat (campur baur pria dan wanita).
Dengan dalih ini tidak apa-apa masih syar’i dan untuk kepentingan organisasi.
Atau dengan alasan, tak masalah tanpa hijab yang penting hati bersih dan niatan suci, sedang lingkaran kemaksiyatan mengelilinginya?
Ketahuilah wahai ukhti muslimah Arrijalu qowwamuna’alan-nisa—bahwasanya laki-laki adalah pemimpin atas wanita.
Apa jadinya jika sebagai laki-laki kami lemah dalam menerapkan ilmu dan syariat-Nya.
Terlebih karena engkau sebagai kaum Hawa seringkali membuat niatan dan maksud kami berubah.

Oleh karena itu nasehatilah kami, jika kami melanggar syariat-Nya!
Jangan ragu dan malu.
Tegaslah kepada kami, niscaya nasehat darimu akan menjadi pengontrol dan penyeimbang hati kami dalam melakukan tugas sebagai qowam—pemimpin.

Saudaraku…Jangan panggil kami ikhwan! Jika engkau masih menemui kami sholat fardhu dengan munfarid—sendirian— dan meninggalkan sholat jama’ah, dengan alasan darurat dan tanggung untuk menutup syura’ (rapat) atau aksi yang sedang dilakukan.

Terlebih ketika kami dengan sengaja mengakhirkan waktu shalat!
Karena hal tersebut menandakan hati kami sedang “tidak sehat”.
Jangan engkau sungkan menyiram kami dengan kritik tajam yang membangun.
Ketahuilah bahwasanya “siraman” yang engkau lakukan menandakan dinamisnya tandzim (organisasi) yang kita berada didalamnya.

Peringatkanlah kami!

Peringatkan kami, wahai ukhti!

Adapun jika kami diam dan acuh maka tinggalkan syura’, pertemuan atau kegiatan apapun yang kita berada didalamnya. Coba kita renungkan firman-nya yang mulia:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu pasti akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(At-Taubah: 71)



Saudaraku yang dirahmati Allah...Jangan panggil kami ikhwan!
Jika kau menemui kami mundur dari gelanggang tarbiyah dakwah dan jihadiyah;
meski selangkah.
Dengan alasan mengatur strategi kembali dan beristirahat barang sejenak untuk menyurun kekuatan.
Padahal jiwa ini mengatakan kami takut maut yang menghadang.
Engkau dan kaummu (kaum Hawa—ed) tentunya lebih paham dimana letak kelemahan kami.

Karena itu bantulah kami memompa ghirah agar menjadi bola semangat yang auranya dapat menggetarkan musuh-musuh Allah dari jarak sekian-sekian dari perjalan waktu.
Bantu kami dengan doamu dan kaummu agar ruh-ruh jihad tidak lepas dari jiwa kami.
Dan doakan kepada Allah semata agar kami menjadi saefullah
—pedang Allah yang tajam dan ditaakuti musuh-musuh-Nya.

Jangan biarkan kami mengeluh! Ingatkanlah selalu kami dengan firman-Nya:

“Apakah kamu menyangka bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu (cobaan0 sebagimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan—dengan bermacam-macam goncangan dari cobaan; sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang bersamanya’ bilakah datangnya pertolongan Allah? ‘Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”
(QS. Al-Baqoroh: 21)

Senin, 12 September 2011

Cerita Jodoh (ku)

dakwatuna.com - Apa yang terlintas di benak Sahabat pertama kali ketika membaca judul tulisan ini??



Oohh.. Mungkin ada yang berpikir bahwa sang penulis akan berbagi tentang cerita jodohnya.

Tentunya di sini aku takkan berbagi tentang cerita jodohku karena aku sendiri belum mengalaminya. Namun, aku akan berbagi tentang cerita jodoh(ku). “Ku” yang dimaksudkan di sini adalah orang yang sudah mengalami proses dalam menjemput jodohnya. Setiap kita mempunyai scenario hidup termasuk cerita jodoh yaitu bagaimana proses penjemputan jodoh masing-masing. Mungkin ada yang awalnya tak saling kenal akhirnya menikah. Atau ada juga yang sudah kenal sejak lama dan akhirnya menikah walaupun tak pernah menduga sebelumnya.

Perkenankan aku untuk mengutip perkataan Pak Mario Teguh yang SUPER SEKALI: “Jodoh itu di tangan Tuhan. Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dariNYA, selamanya dia akan tetap di tangan Tuhan.”

Ya! Jodoh itu adalah bagian dari rezeki, perlu diusahakan, perlu diikhtiarkan. Nah, proses ikhtiar dalam penjemputan jodoh inilah yang akan aku angkat dalam tulisan ini. Cerita Jodoh(ku), yang aku dapatkan dari sumber orang pertama dan orang kedua atau bahkan orang kesekian. Ada berbagai cerita yang aku angkat di sini yang semoga saja bisa menginspirasi dalam mengikhtiarkan penjemputan jodoh kita.

Cerita Jodoh(ku) part 1: Berawal dari Facebook



Ada seorang ikhwan yang profesinya sebagai seorang trainer menemukan jodohnya via Facebook. Bagaimana hal itu bermula? Mari aku ceritakan kisah tentang mereka.

Bagi seorang trainer, menjaga silaturahim dengan orang-orang yang telah ditrainingnya adalah sebuah keniscayaan. Begitu pun dengan ikhwan trainer ini. Di setiap akhir training, ia selalu memberikan nama akun FBnya agar para peserta training bisa tetap menjaga silaturahim dengan sang trainer via FB.

Suatu hari, seperti biasa, ketika seorang trainer menulis status FB, pasti berbau hal-hal yang bisa memotivasi seseorang, seperti apa yang selama ini dilakukan mereka via training. Izinkan aku untuk mengutip sebuah lirik yang mungkin tak asing di telinga kita: “Berawal dari Facebook baruku.. Kau datang dengan cara tiba-tiba..”

Ya! Berawal dari sebuah status FB sang trainer yang begitu memotivasi para pembaca, ada salah seorang akhwat yang pernah menjadi peserta training yang mengomentari status tersebut. Intinya, sang akhwat tersentuh dengan kata-kata yang dituangkan sang trainer dalam statusnya. Dari situlah, sang trainer akhirnya berkunjung ke FB sang akhwat -karena merasa belum mengenal sang akhwat- hanya sekadar ingin mengingat-ingat mungkin sang akhwat pernah menjadi salah satu peserta trainingnya.

Tak dinyana, ketika memasuki halaman FB sang akhwat, ada sebuah rasa yang muncul dalam hati dan sebuah bisikan yang begitu halus dan berulang : “Aku yakin, dia jodohku..”. Interaksi dan komunikasi pun terjalin via FB hingga akhirnya sang trainer memutuskan untuk meminang sang akhwat menjadi istrinya. Gayung pun bersambut, sang akhwat menerima pinangan itu dan mereka menikah. Simple, isn’t it?

Cerita Jodoh(ku) part 2: Love at the first sight



Love at the first sight atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “cinta pada pandangan pertama”. Menurut penelitian para ilmuwan, cinta jenis ini sering terjadi pada laki-laki. Ketika seorang laki-laki melihat seorang perempuan dan dengan serta merta ada rasa cinta tumbuh dari sana. Itulah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, ada suatu ketertarikan tertentu saat pertama kali melihat seorang perempuan.

Pada suatu agenda dakwah, yang tanpa hijab (pembatas antara ikhwan dan akhwat), seorang ikhwan -yang memang sedang mencari jodohnya- merasa menemukan jodohnya ketika ia melihat dari kejauhan ada seorang akhwat yang membuat jantungnya berdebar-debar dan muncullah bisikan dari hatinya: “Aha, dialah orangnya..”

Tentu, bagi aktivis dakwah ketika ada perasaan yang muncul terhadap lawan jenis, tak serta merta disampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan. Sang ikhwan berjuang untuk mengikuti kata hatinya karena ada keyakinan yang mendalam bahwa akhwat itulah jodohnya. Karena ia pun sudah masuk dalam kategori ‘siap nikah’, maka tak ada kata lain selain untuk berta’aruf dengan sang akhwat. Ia mencari tahu siapa Murabbiyah (guru ngaji) sang akhwat dan mencari tahu nomor HPnya. Allah pun memudahkan jalannya. Sang murabbiyah akhwat ternyata adalah orang yang sudah dikenalnya. Sang ikhwan akhirnya menghubungi sang murabbiyah dan menyatakan diri untuk berta’aruf dengan akhwat yang dimaksud.

Sang akhwat yang tidak tahu menahu tentang sang ikhwan, akhirnya mengiyakan untuk melanjutkan proses ta’aruf, tentunya setelah istikharah panjangnya. Proses ta’aruf pun berlangsung, mulai pertemuan pertama, kedua, yang didampingi oleh guru ngaji masing-masing (tak berduaan), ada begitu banyak kecocokan, dan akhirnya pertemuan berlanjut ke pertemuan pihak keluarga masing-masing. Kedua pihak keluarga pun merasa cocok, tak ada masalah, hingga akhirnya sang ikhwan mengkhitbah (meminang) sang akhwat dan tanpa berlama-lama dalam proses, mereka pun menikah. Barakallah..

Cerita Jodoh(ku) part 3: Halalkan saja..



Jika dua cerita di atas berkisah tentang dua orang yang awalnya belum saling kenal dalam menemukan jodohnya, maka pada cerita ketiga ini, aku menceritakan kisah yang sedikit berbeda, dua orang yang sudah saling kenal dan memang mereka berjodoh pada akhirnya.

Cerita ini bermula dari tiga orang aktivis dakwah yang diamanahkan untuk pergi ke suatu kota untuk suatu tugas dakwah tertentu, untuk menetap agak lama di kota itu. Tiga orang ini terdiri dari dua akhwat dan satu ikhwan. Qadarullah, salah seorang akhwat tidak bisa pergi karena ada satu keperluan yang begitu mendesak yang tidak bisa ditinggalkan. Lantas bagaimana dengan tugas dakwah yang sudah diamanahkan kepada mereka bertiga? Akankah tetap berjalan dengan satu orang yang tidak ikut serta? Itu berarti hanya ada satu ikhwan dan satu akhwat yang akan pergi. Dan mereka berdua bukanlah mahramnya. Bukankah akan terjadi fitnah yang besar jika dua orang yang bukan mahramnya melakukan perjalanan bersama?

Maka, mereka pun berkonsultasi kepada sang qiyadah. “Ustadz, bagaimana kami bisa pergi berdua saja karena kami bukan mahram? Adakah yang bisa menggantikan al-ukh yang tidak bisa pergi itu? Ataukah ustadz ada saran lain?”

Sang ustadz menjawab dengan mantap: “Ya sudah, halalkan saja..”. Akhirnya, mereka menikah dan melanjutkan perjalanan dakwah bersama. Subhanallah, inikah yang dinamakan ‘”menikah di jalan dakwah”?? Ketika hati tak lagi ragu, ketika dakwah menjadi alasan pernikahan mereka, bukan alasan lain yang bersifat duniawi.

Cerita Jodoh(ku) part 4: Ternyata jodohku dia..



Seorang ikhwan yang dikategorikan siap nikah, sedang berikhtiar menjemput jodohnya. Proposal nikah pun sudah diajukan kepada sang Murabbi untuk dicarikan pendamping hidup.

Tak lama berselang, ta’aruf dengan seorang akhwat pun dilakukan. Namun, proses kandas di tengah jalan. Ta’aruf-ta’aruf berikutnya pun demikian, tak ada yang sampai pelaminan bahkan khitbah pun belum. Berkali-kali ta’aruf, rupanya sang ikhwan belum juga menemukan jodohnya.

Hingga akhirnya pada suatu ketika, sang ikhwan ditawari seorang akhwat oleh sang Murabbi. Akhwat yang dimaksud tak lain tak bukan adalah adik kelasnya yang juga satu organisasi dakwah. Proses ta’aruf yang dijalani begitu lancar dan berlanjut hingga ke pelaminan.

“Ternyata jodohku dia..”, gumam sang ikhwan setelah pernikahan berlangsung. Mungkin akan ada suatu lintasan pikiran dalam benak sang ikhwan: “Andai saja dari dulu saya tahu kalo jodohku dia, dari awal aja proses dengan dia..”. Sayangnya, kita tak pernah tahu siapa jodoh kita sebelum kita benar-benar menemukannya dan menikah dengannya.

####

Sahabat, begitulah beberapa cerita jodoh(ku) yang bisa aku angkat dalam tulisan ini. Ada yang pertama kali berinteraksi, langsung mengetahui bahwa dia jodohnya. Ada pula yang sudah kenal sebelumnya dan tidak pernah menduga, ternyata berjodoh. Jodoh benar-benar misteri, tinggal kita yang memilih bagaimana proses penjemputan jodoh yang akan kita torehkan dalam cerita jodoh(ku). Apapun ikhtiar yang dilakukan, semoga menuai berkah Allah.

Jika di awal jalan menuju pernikahan saja sudah tidak berkah, maka mungkinkah keberkahan berumah tangga akan terwujud? Semoga kita bisa menjaga keberkahan proses dari awal hingga akhir.

Sahabat, memang betul bahwa Allah pembuat scenario terbaik, sutradara terbaik dalam kehidupan ini. Tapi ingat! Kita adalah aktornya, performance aktor lah yang akan dilihat, bisakah sang aktor berperan sesuai dengan yang diharapkan sang sutradara seperti yang tertuang dalam scenario?

Allah memang sudah menetapkan jodoh kita di Lauh Mahfudz sana, jauh sebelum kita lahir ke dunia ini. Apakah kita akan berjodoh dengan orang yang belum dikenal sebelumnya atau bahkan orang yang sudah kita kenal dan dekat di sekitar kita. Tinggal kita yang memilih akan menjemput jodoh yang disertai keberkahan atau tidak.

Lantas apa yang dimaksud dengan berkah Allah dan bagaimana cara agar apa yang dilakukan senantiasa mendapat keberkahan dari Allah?

Berkah, jika dilihat dari bahasa berupa kata ‘al-barakah’, yang artinya berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Asal makna keberkahan, begitu Imam Nawawi berkata, ialah kebaikan yang banyak dan abadi.

Ada 2 syarat agar barakah Allah senantiasa menaungi kita. Pertama, iman kepada Allah. Jadi, hanya orang mukminlah yang mendapatkan barakah Allah, seperti yang Allah sampaikan langsung melalui surat cintaNYA:

”Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al-A’raaf [7] : 96)

Orang yang merealisasikan keimanannya kepada Allah, dengan hanya bergantung padaNYA, yakin padaNYA, senantiasa menyertakan Allah dalam setiap apa yang dilakukan, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan barakah Allah. Semoga kita termasuk ke dalamnya. Aamiin.

Syarat kedua, amal shalih. Amal shalih adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA, sesuai dengan syariat yang diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Jadi, untuk meraih keberkahan dalam ikhtiar menjemput jodoh, kita harus YAKIN ke Allah bahwa jodoh kita takkan pernah tertukar. Kita pun harus menyertakan Allah dalam setiap mengambil keputusan terkait jodoh ini, selalu istikharah memohon petunjukNYA. Dan yang tak kalah penting, perbanyak amal shalih, semakin dekat ke Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarangNYA. Tidak bermaksiat ketika proses menjemput jodoh itu berlangsung. Tidak ada jalan berdua yang akan mendekati zina, tidak ada sms mesra dengan kata-kata penuh cinta, tidak ada chatting untuk hal-hal yang tak penting, sebelum akad ditunaikan.

Setiap orang yang sedang dimabuk cinta -tulis Dr. Khalid Jamal dalam buku Ajari Aku Cinta di halaman ke 25- pasti ia tidak menghendaki kekasihnya merupakan salah satu komponen kemaksiatan yang ia lakukan. Demikian pula ia tidak mau menjadi salah satu komponen kemaksiatan yang dilakukan kekasihnya. Camkanlah arti kata cinta yang amat mulia tersebut.

Bukankah kita sudah yakin dengan janji-NYA yang tertuang seperti ini dalam ayat cintaNYA?
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An-nuur [24] : 26)

Maka, hal yang paling tepat untuk dilakukan dalam penantian bertemu dengan jodoh hanyalah memperbaiki diri. Yakinlah, ketika diri ini sedang berusaha memperbaiki diri, maka ia-pun yang entah berada di belahan bumi yang mana, yang telah tertulis dalam kitabNYA, juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan semoga Allah mempertemukan kita dengannya dalam kondisi keimanan terbaik yang mampu untuk diusahakan.

Sahabat, jika diibaratkan hari ini kita berada pada waktu pagi setelah sarapan, maka bertemunya kita dengan sang jodoh adalah waktu makan siang kita. Jika sudah tiba waktu makan siang, maka kita pun akan segera sampai pada waktu makan siang kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan waktu dari pagi hingga siang itu untuk mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bukan sekadar menunggu jam makan siang yang akan membuat kita menjadi bosan.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam ikhtiar menjemput jodoh. Selain berikhtiar mencari atau meminta dicarikan pendamping hidup, satu hal yang paling penting adalah mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Bukan, bukan persiapan hari H resepsi pernikahan yang cuma satu hari yang aku maksudkan di sini. Tapi, hari-hari setelah hari H: sudah siapkah kita menjadi seorang suami/istri, sudah siapkah kita menjadi ayah/ibu, sudah siapkah kita menjadi seorang menantu, sudah siapkah kita menjadi adik/kakak ipar, sudah siapkah kita menjadi bagian dari keluarga besar suami/istri kita, dan sudah siapkah kita menjadi seorang tetangga? Dan pertanyaan utama yang patut dipertanyakan adalah akan dibawa ke mana bahtera rumah tangga kita nantinya??

Maka, Sahabat, mari kita tunggu waktu makan siang kita dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan saja menyiapkan diri menuju gerbang pernikahan, tapi juga menyibukkan diri dengan amanah yang saat ini kita emban. Jangan sampai kita focus menyiapkan diri menuju pernikahan tapi malah menelantarkan apa-apa yang saat ini Allah amanahkan kepada kita. Umat butuh kontribusi kongkret dari kita -para pemuda-, maka bekerjalah. Bekerja untuk Indonesia. Bekerja untuk Allah.

Terakhir, izinkan aku mengutip sebuah kalimat dari Majalah Ummi edisi 02/XVII/Juni 2005:
“… menikah justru akan membuka pintu rizki, bila dilakukan dengan persiapan yang matang, pemikiran yang tepat dan niat yang ikhlas. Mudah-mudahan Allah berkenan memberikan kemudahan kepada kita semua…”

http://www.dakwatuna.com/

Minggu, 04 September 2011

Lebaran 2011






Assalamu'alaikum wr wb

Sebelumnya keluarga kecil kami (v3, suami dan dedek yang masih ada di dalam) sekali lagi mengucapkan :

"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H"
"Mohon Maaf Lahir dan Batin"
"Semoga Allah swt menerima segala amal ibadah kita dan kita dapat di pertemukan kembali pada Ramadhan yang akan datang"

Amiiin....



Karena hari ini hari pertama masuk kerja, pagi2 seperti biasanya kita halal bihalal dulu. dan sebagian temen2 ikut halal bihalal di kantor pusat. berhubung aku dan banyak temen lainnya gak ke kantor pusat buat habil ke direksi2 dan belum banyak kerjaan juga, Soooo.....corat coret di blog dulu ahhhh....

Persiapan lebaran tahun kedua dengan keluarga kecil ku kali ini gak terlalu heboh. Seperti biasanya kami menyiapkan makanan kecil 1 toples (ngirit dot com), kue pie coklat, dan gak tertinggal makanan favorit suami yaitu mpek2 dari plaju (palembang) karena alhamdulillah 2 tahun belakangan ini kami bisa mesan mpek2 lewat orang unit pertamina yang di plaju, sedangkan untuk ketupat dan makanan besar khas lebaran lainnya kami dapat kiriman dari orangtua dan mertua. kalau dari mertua-ku dapat ketupat dan sayur ala betawi, kalau dari orangtuaku dapat kiriman lontong padang dan teman-temannya...apakah itu...??? tentunya opor ayam dan gak ketinggalan rendangnya (hmmm..nyummmyyy) dan tentunya menghemat uang THR (hehehehhe) Gak lupa juga persiapan nukerin duit buat salam tempel ke anak-anak...

Sehabis shalat ied kami halal bihalal ke tetangga2 rumah dari ujung ke ujung, setelah itu langsung ke rumah orangtuaku di cakung, lanjut ke rumah Om yang di rawamangun, terakhir ke rumah neneknya suami di kali bata... dan hari berikutnya juga gak jalan silaturahim jauh2 karena dah bawa perut kemana-mana.. :D :D

Kamis, 25 Agustus 2011

26 Ramadhan1432 H /26 Agustus 2011




Assalamu’alaikum wr wb...

Apa kabar teman2 semua…? Mudah2an selalu sehat wal’afiat supaya ttp semangat menjalani ibadah…huffh rasanya dah lama gak corat coret di blog lagi…gak terasa hari ini udah masuk hari ke 26 bulan Ramadhan…tepatnya tgl 26 Agustus 2011. Banyak yg udah pada sibuk buat persiapan pulkam alias pulang kampung(mudik), tapi juga banyak dari mereka yg masih sibuk meramaikan ramadhan beri’tikaf di mesjid2…Tapi tahun ini aku tidak ikut beri’tikaf seperti tahun2 sebelumnya bersama suami dan teman2…hiks..hiks..hiks..Tau tak knp …??? Hmmm want to know…aja… ^_^’ Semoga Allah mempertemukan kita di Ramadhan tahun depan…Amiin..

Dan senangnya hari ini hari terakhir masuk kantor…yeeaayyyyy …. !!!! dan biasanya di kantor cuman setengah hari. So dengan begitu akupun bisa ikut pulang kampung. Eeiitt pulang kampungnya bukan ke medan ato ke padang, tapi ke cakung Jakarta timur ^_^ dekat bukan…hohhohoho…Dan berhubung suami sudah ku usir dari rumah, uups bukan maksudku kejam tapi mmg harus di usir di 10 hari Ramadhan buat I’tikaf otomatis harus pulang kampung sendiri. Ilal liqo fii baiti my husband…

Alhamdulillah Ramadhan tahun ini usia kandunganku udah masuk ke 5 bulan jadi lagi fit-fit nya….krn udah udah gak mabok dan muntah2 lagi…mudah2an Allah kasih kekuatan bisa puasa full sampai nanti akhir Ramadhan…..(Tetap semangat ya nak…semoga Dedek baek2 aja di dalam….) Alhamdulillah banyak juga teman2 di kantor para bumil ikut puasa, semangat teman2…!!! semoga anak2 kita menjadi anak yg ahli sabar walopun dedeknya lagi laper sambil nendang2 di dalam. Hihihhi….

13 Ramadhan, malam sebelum tarawih kami balik periksa ke bidan, seperti biasanya di periksa tensi dan berat badan. Alhamdulillah berat badan ku naik 1 kilo dari bulan sebelumnya, tensi ku turun tapi Alhamdulillah kata bidan masih terhitung normal.setelah periksa tensi dan berat badan waktunya periksa jantung dedeknya…subhanallah pas periksa jantung, dedeknya di dalem kabur-kaburan terus…baru ketemu bunyi jantungnya, dia langsung kabur lagi… hihihi…. Lucunya…mungkin krn habis buka puasa, jadi dedeknya lagi senengnya2 makan….



Ini ada tips-tips buat bumil supaya bisa tetap puasa, tips ini ku dapat dari artikel Dr. Riyana , SPOG. Chek it dot…:

Sebaiknya pastikan bumil dalam kondisi sehat dan konsultasi dengan dokter dan bidan dulu. Kalo sehat tentu aja amat sangat boleh berpuasa. Karena pada prinsip nya puasa bukan berarti gak makan sama sekali tapi kita memajukan waktu makan pagi di waktu sahur dan makan siang di waktu maghrib.

Bangun sahur lebih awal supaya bisa nyicil makannya. Klo waktunya terlalu mepet adanya nanti perutnya bisa begah dan muntah. Setelah itu makan dengan menu yg bergizi, kalori yg cukup. Minum susu, makan buah, minum vitamin dari dokter/bidan. Pilihlah karbohidrat komplek seperti beras merah, makanan dari gandum karena cukup lama bertahan dimetabolisme sehingga tidak membuat lapar

Penuhi kebutuhan protein dengan mengonsumsi ikan laut, putih telur, daging ayam tanpa kulit, kacang-kacangan Selebihnya lakukan aktivitas seperti biasa. Pas berbuka makanlah dengan makanan yang mudah di cerna terlebih dahulu dengan yg manis-manis Kurma termasuk makanan yang berkalori tinggi dan baik dicerna. Jangan langsung makan dengan porsi berat

Selama pertumbuhan janin baik tentunya tidak ada halangan untuk berpuasa, dalam agama pun ada keringanan, jika merasa pusing atau muntah-muntah sebaiknya tidak berpuasa.

Okey teman-teman itu tips-tipsnya semoga bermanfaat. Dan berhubung sebentar lagi akan masuk hari raya idul Fitri :

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI MOHON MAAF LAHIR BATIN.


Selasa, 09 Agustus 2011

Jadwal I'tikaf Ramadhan 1432 Masjid At Tin

Puncak Kehambaan Kepada Allah :


At Taubah : 19

"hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk"


Dan puncak meramaikan ramadhan adalah i'tikaf. Rasulullah tidak pernah meninggalkan i'tikaf sepuluh terakhir ramadhan selama hidupnya. dan di tahun dimana rasulullah meninggal dunia, beliau beri'tikaf dua puluh hari.

Dalam i'tikaf seorang hamba benar-benar mencapai puncak puasa. sebab tidak hanya menjaga perut dari makan minum, melainkan seluruh organ tubuh di libatkan :

1. HATINYA BERPUASA, krn benar-benar sibuk berdzikir kpd Allah

2. LIDAHNYA BERPUASA, krn tidak menyebutkan kecuali nama Allah dan ayat al quran

3. MATANYA BERPUASA, di dalam mesjid tidak sarana kecuali melihat yang baik2. fokus pada ayat-ayat al quran, pandangan adalah merupakan anak panah iblis, maka seorang mu'takif selama di mesjid benar-benar terjaga.

4. TELINGANYA BERPUASA, benar-benar tidak mendengar kecuali perkataan yang baik. kiri kanan mendengar orang membaca Al Quran, tengah malam mendengar orang-orang menangis karena bermunajat dan bertobat atas dosa-dosa. dalam banyak kesempatan mendengar ilmu dari majelis-majelis yang ada.



Minggu, 31 Juli 2011

HAPPY RAMADHAN 1432 H.....!!!! PASTIKAN SETIAP HARI




PASTIKAN SETIAP HARI..
Ingat Hidupmu untuk Allah, berbekallah segera untuk kau kembali kepadaNya, dengan membawa apa yang ia cintai...

Kau telah bangun sebelum fajar dan kau lakukan shalat tahajjud

Kau telah lakukan shalat sunnah fajar ( pahalanya lebih baik dari dunia dan seisinya)

Kau telah lakukan shalat berjamaah di mesjid apapun kesibukan (Rasulullah saw pernan ingin membakar rumah seseorang yang tidak melaksanakan shalat fardhu berjamaah di mesjid)

Kau telah membaca do'a pagi dan sore

Kau telah lakukan shalat sunnah dhuha

kau telah membaca Al Qur'an minimal satu juz

Kau telah melakukan shalat-shalat sunnah qabliyah dan ba'diyah

Kau telah melakukan shalat tarawih/tahajjud setiap malam

Kau telah membaca istighfar minimal 100 kali

Kau telah membaca tasbih minimal 100 kali

Kau telah membaca shalawat sebanyak mungkin

Kau telah bersihkan hatimu dari dengki, kebencian, dan kesombongan

Kau telah berinfak untuk fakir miskin, tertindas dan di dzalimi

Kau tidak berkata kasar kepada istrimu, anakmu, pembantumu dan sahabat-sahabatmu

Kau tidak berdusta dalam berbicara dan tidak menipu

Kau selalu berdo'a minimal membaca basmallah dalam setiap kegiatan

Kau telah membayar hutang atau mengembalikan hak orang lain

Kau telah minta maaf kepada orang yang kau sakiti

Kau telah menambah (menghadiri majelis) ilmu untuk meningkatkan iman

Kau telah mengunjungi saudaramu yang sakit, kena musibah atau wafat

Kau telah melakukan i'tikaf 10 hari terakhir ramadhan semaksimal mungkin

Kau telah membayar zakat fitrah sebelum shalat iduf fitri di laksanakan


CIRI KEJUJURAN CINTA

Engkau gembira ketika akan bertemu dengan sang kekasih

Engkau siap berlelah-lelah dengannya, untuk memenuhi apa yang dia sukai

Engkau rela berkorban segala yang kau miliki untuk yang kau cintai

Buktikan kejujuran cinta ini kepada Allah Tuhanmu

Yang telah menciptakanmu

Yang telah memeliharamu

Yang telah menjagamu

Ingat Allah Maha Mengetahui

Kau tidak mungkin berbasa basi dengan Nya

Sungguh hanya kejujuran imanmu

Bekal satu-satunya untuk kelak kau kembali kepada Nya


HAPPY RAMADHAN TEMAN.....MOHON MAAF LAHIR BATIN....SEMOGA RAMADHAN TAHUN INI MENJADI RAMADHAN TERINDAH YANG KELAK KITA PERSEMBAHKAN SAAT KEMBALI KEPADA NYA.

Rabu, 13 Juli 2011

Tips Agar Anak Mencintai Al Qur'an



Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak adalah hal yang paling pokok dalam Islam. Dengan hal tersebut, anak akan senantiasa dalam fitrahnya dan di dalam hatinya bersemayam cahaya-cahaya hikmah sebelum hawa nafsu dan maksiat mengeruhkan hati dan menyesatkannya dari jalan yang benar.

Para sahabat nabi benar-benar mengetahui pentingnya menghafal Al-Qur’an dan pengaruhnya yang nyata dalam diri anak. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anaknya sebagai pelaksanaan atas saran yang diberikan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits yang diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash,

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Sebelum kita memberi tugas kepada anak-anak kita untuk menghafal Al-Qur’an, maka terlebih dahulu kita harus menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Sebab, menghafal Al-Qur’an tanpa disertai rasa cinta tidak akan memberi faedah dan manfaat. Bahkan, mungkin jika kita memaksa anak untuk menghafal Al-Qur’an tanpa menanamkan rasa cinta terlebih dahulu, justru akan memberi dampak negatif bagi anak. Sedangkan mencintai Al-Qur’an disertai menghafal akan dapat menumbuhkan perilaku, akhlak, dan sifat mulia.

Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, yaitu dengan metode keteladanan. Karena itu, jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memuliakan kesucian Al-Qur’an, misalnya memilih tempat paling mulia dan paling tinggi untuk meletakkan mushaf Al-Qur’an, tidak menaruh barang apapun di atasnya dan tidak meletakkannya di tempat yang tidak layak, bahkan membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sadarnya bahwa mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, dan harus dihormati, dicintai, dan disucikan.

Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, tidak memperdengarkan dengan suara keras agar tidak mengganggu pendengarannya. Memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada Al-Qur’an, misalnya dengan cara rutin membacanya.

Adapun metode-metode yang bisa digunakan anak mencintai Al-Qur’an diantaranya adalah:

1. Bercerita kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an.

Mempersiapkan cerita untuk anak yang bisa menjadikannya mencintai Allah Ta’ala dan Al-Qur’an Al-Karim, akan lebih bagus jika kisah-kisah itu diambil dari Al-Qur’an secara langsung, seperti kisah tentang tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah tentang Ashabul Kahfi, dan lain-lain.

Sebelum kita mulai bercerita kita katakan pada anak, “Mari Sayangku, bersama-sama kita dengarkan salah satu kisah Al-Qur’an.”

Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an. Namun, dalam menyuguhkan cerita pada anak harus diperhatikan pemilihan waktu yang tepat, pemilihan bahasa yang cocok, dan kalimat yang terkesan, sehingga ia akan memberi pengaruh yang kuat pada jiwa dan akal anak.

2. Sabar dalam menghadapi anak.

Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar siap. Namun kita harus selalu memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.

3. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak.

Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surat kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mengahafal Al-Qur’an.

4. Menggunakan semboyan untuk mengarahkan anak mencintai Al-Qur’an.


Misalnya :
Saya mencintai Al-Qur’an.
Al-Qur’an Kalamullah.
Allah mencintai anak yang cinta Al-Qur’an.
Saya suka menghafal Al-Qur’an.
Atau sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka, “Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”

5. Menggunakan sarana menghafal yang inovatif.

Hal ini disesuaikan dengan kepribadian dan kecenderungan si anak (cara belajarnya), misalnya :

• Bagi anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik melalui pendengarannya, dapat menggunakan sarana berupa kaset, atau program penghafal Al-Qur’an digital, agar anak bisa mempergunakannya kapan saja, serta sering memperdengarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah.

• Bagi anak yang peka terhadap sentuhan, memberikannya Al-Qur’an yang cantik dan terlihat indah saat di bawanya, sehingga ia akan suka membacanya, karena ia ditulis dalam lembaran-lembaran yang indah dan rapi.

• Bagi anak yang dapat dimasuki melalui celah visual, maka bisa mengajarkannya melalui video, komputer, layer proyektor, melalui papan tulis, dan lain-lain yang menarik perhatiannya.


6. Memilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an.

Hal ini sangat penting, karena kita tidak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan kapan saja, serta melupakan kebutuhan anak itu sendiri. Karena ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak, disebabkan dia menanggung kesulitan yang lebih besar. Oleh karena itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk menghafal dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Adapun waktu yang dimaksud bukan saat seperti di bawah ini:
Setelah lama begadang, dan baru tidur sebentar,
Setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat,
Setelah makan dan kenyang,
Waktu yang direncanakan anak untuk bermain,
Ketika anak dalam kondisi psikologi yang kurang baik,
Ketika terjadi hubungan tidak harmonis anatara orangtua dan anak, supaya anak tidak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya.



Kemudian hal terakhir yang tidak kalah penting agar anak mencintai Al-Qur’an adalah dengan membuat anak-anak kita mencintai kita, karena ketika kita mencintai Al-Qur’an, maka anak-anak pun akan mencintai Al-Qur’an, karena mereka mengikuti orang yang dicintai. Adapun beberapa cara agar anak-anak kita semakin mencintai kita antara lain:

• Senantiasa bergantung kepada Allah, selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak-anak. Dengan demikian Allah akan memberikan taufikNya dan akan menyatukan hati kita dan anak-anak.
• Bergaul dengan anak-anak sesuai dengan jenjang umurnya, yaitu sesuai dengan kaedah, “Perlakukan manusia menurut kadar akalnya.” Sehingga kita akan dengan mudah menembus hati anak-anak.
• Dalam memberi pengarahan dan nasehat, hendaknya diterapkan metode beragam supaya anak tidak merasa jemu saat diberi pendidikan dan pengajaran.
• Memberikan sangsi kepada anak dengan cara tidak memberikan bonus atau menundanya sampai waktu yang ditentukan adalah lebih baik daripada memberikan sangsi berupa sesuatu yang merendahkan diri anak. Tujuannya tidak lain supaya anak bisa menghormati dirinya sendiri sehingga dengan mudah ia akan menghormati kita.
• Memahami skill dan hobi yang dimiliki anak-anak, supaya kita dapat memasukkan sesuatu pada anak dengan cara yang tepat.
• Berusaha dengan sepenuh hati untuk bersahabat dengan anak-anak, selanjutnya memperlakukan mereka dengan bertolak pada dasar pendidikan, bukan dengan bertolak pada dasar bahwa kita lebih utama dari anak-anak, mengingat kita sudah memberi makan, minum, dan menyediakan tempat tinggal. Hal ini secara otomatis akan membuat mereka taat tanpa pernah membantah.
• Membereskan hal-hal yang dapat menghalangi kebahagiaan dan ketenangan hubungan kita dengan anak-anak.
• Mengungkapkan rasa cinta kepada anak, baik baik dengan lisan maupun perbuatan.

Diringkas dari Agar Anak Mencintai Al-Qur’an, Dr. Sa’ad Riyadh


Kamis, 07 Juli 2011

nggak puasa krn hamil, menyusui & nifas ?



hari berlalu begitu cepat, segudang aktifitas sudah menguras tenaga dan pikiran kita
tanpa terasa dalam hitungan hari kita akan memasuki bulan suci ramadhan
penghulu dari segala bulan


Alhamdulillah....kita masih di beri kesempatan untuk mengecap indahnya bulan ramadhan.
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan” (HR At-Tirmidzi dan Ad-Darimi).

banyak keutamaan-keutamaan di bulan ramadhan yang buat bulan ini indah mempesona. di antaranya :

1. di turunkannya Al Qur'an
2. Pahala yang di lipat gandakan
3. Pintu syurga yang di buka selebar-lebarnya
4. Terdapat malam lailatul qadar, beri'tikaf dan beribadah = pahala seribu bulan
5. Dapat jamuan terindah dari Allah
("Barangsiapa yang berpuasa Ramadan dengan keimanan dan hanya mengharap ridha Allah SWT, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." (H.R. Muslim).

Nah....bagaimanakah dengan wanita yang sedang hamil, menyusui dan nifas... ?
berikut kategori kutipan dari ust. ahmad sarwat, Lc mengenai kesepakatan para ulama bahwa wanita hamil adalah orang yang mendapat 'udzur syar'i .

1. Apabila Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya


Sebagian mengatakan bahwa wanita hamil dan menyusui termasuk kategori orang yang sakit. Sehingga konsekuensinya harus mengganti dengan berpuasa di hari lain, sebagaimana umumnya orang sakit. Dalilnya adalah firman Allah SWT:Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, maka sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS. Al-Baqarah: 184)

2. Apabila Mengkhawatirkan si Buah Hati

Sebagian lagi mengatakan bahwa keduanya termasuk orang yang lemah atau sudah udzur. Sehingga konsekuensinya bukan dengan mengganti puasa di bulan lain, melainkan sebagaimana orang yang lemah, yaitu memberi makan orang miskin. Atau kita kenal juga dengan membayar fidyah. Dalilnya adalah ayat yang sama dengan di atas yang merupakan kelanjutan ayat tersebut.

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya membayar fidyah,: memberi makan seorang miskin. (QS. Al-Baqarah: 184)

Dan ada juga kalangan yang menyerahkan langsung kepada yang bersangkutan, apakah termasuk kategori orang sakit atau orang lemah. Yaitu dengan cara melihat kepada motivasi ketika tidak puasa. Kalau dia mengkhawatirkan keadaan dirinya, maka termasuk kategori orang yang sakit. Dan konsekuensinya dengan mengganti puasa di hari lain. Tapi kalau dia mengkhawatirkan bayinya sehingga tidak berpuasa, maka termasuk kategori orang lemah, sehingga konsekuensinya hanya membayar fidyah.

Bahkan ada pendapat yang hati-hati dengan mewajibkan puasa qadha' sekaligus dengan bayar fidyah. Dan ada juga yang membedakan antara keduanya dalam masalah pembayaran.

kalau kita ringkas secara umum pandangan mazhab ulama, kita dapati bahwa :

1. Mazhab Al-Hanafiyah termasuk yang menetapkan cara pembayaran dengan qadha' buat mereka.

2. Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah mewajibkan qadha' sekaligus fidyah, bila mengkhawatirkan bayinya.

3. Al-Malikiyah mengharuskan puasa qadha' dan bayar fidyah hanya pada wanita yang menyusui saja, tidak berlaku pada wanita hamil.

Pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas

Namun menurut Ibnu Umar dan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, wanita yang hamil atau menyusui cukup membayar fidyah saja tanpa harus berpuasa. Karena keduanya tidak berpuasa bukan karena sakit, melainkan karena keadaan yang membuatnya tidak mampu puasa. Kasusnya lebih dekat dengan orang tua yang tidak mampu puasa.

Dan pendapat kedua shahabat ini mungkin tepat bila untuk menjawab kasus para ibu yang setiap tahun hamil atau menyusui, di mana mereka nyaris tidak bisa berpuasa selama beberapa kali ramadhan, lantaran kalau bukan sedang hamil, maka sedang menyusui

Sedangkan khusus wanita yang nifas, bila meninggalkan puasa, maka caranya hanya dengan mengganti dengan puasa di hari yang lain. Bukan dengan bayar fidyah.

Adapun ketika ada perbedaan pendapat dikalangan ulama, maka ketika saudara kita menjalankan salah satu pendapat ulama tersebut dan berbeda dengan pendapat yang kita pilih, kita tidak berhak memaksakan atau menganggap saudara kita tersebut melakukan suatu kesalahan.

Ngidam Apa...?




Teng...teng...teng...!!! Alhamdulillah udah ngelewatin 3 bulan pertama. harus masih berjuang di 6 bulan berikutnya. ini masa-masa awal ingin tau-ku sekitar pregnant....!!

pada bulan pertama alhamdulillah semua masih berjalan normal-normal aja, tapi pas masuk ke bulan kedua mulai aku merasakan yang namanya kayak orang hamil beneran, walaupun secara kasat mata belum ada perubahan yang signifikan di badan (alias belum gemuk sana-sini) tapi udah serasa macam orang sakit, berdasarkan info yang ku dapat ini adalah dampak dari perubahan hormon kehamilan.....

1. Pusing (morning sickness) tapi ternyata pusing itu gak hanya pagi aja, bisa siang/malam.
2. Mual, dari awal mmg gak di kasih obat untuk mual karena menurut dokter itu memang sudah sunnatullah, kecuali memang udah sangat parah. itu bisa di minimalisir dengan makan sedikit-sedikit tapi intens, ketimbang makan yang langsung banyak itu yang buat tambah mual.
3. cepat capek
4. sensitif tingkat tinggi..
5. ngidam
6. Pendarahan

Memang nggak semua orang merasakan hal yang sama, ada yang lebih parah dari itu atau malah ada yang tidak merasakan apa-apa (hamil kebo).

NGIDAM

menurutku ngidam itu memang karena faktor selera makan kita yang turun saat hamil,jadi ingin makan yang berbeda dari biasanya supaya tetap ada asupan makanan yang masuk....tapi terkadang ngidam itu di asumsikan dengan keinginan ibu hamil yang aneh-aneh dan di waktu yang aneh. misalnya :

1. Ngidam es cendol yang gerobaknya harus warna biru (kalau gada warna biru berarti suaminya harus nge-cat gerobak dulu..)

2. Ngidam jambu monyet di tengah malam dan kalau gak ketemu jambu monyet suaminya gak boleh masuk rumah.

3. Ngidam Foto sama "sule"

4. atau ngidam suaminya harus jenggotan. (apa jadinya klo suaminya memang dari awal gak bisa punya jenggot, alhasil di sambung-sambunglah tuh sapu ijuk terus di tempel di dagu...)

5. Ada lagi yang kebangun tengah malam trus minta es doger sama rujak.

Alhamdulillahnya aku tidak ngidam yang aneh-aneh ke suami, paling pinginnya :

1. pisang barang medan, tapi bukan berarti harus ke medan dulu.
2. sayur asem,
3. es buah,
4. Indomie (tapi untuk yang satu ini gak pernah boleh sama pak komandan, paling kalau ada yang makan mie di kantor, aku minta 1-2 sendok saking pinginnya)
5. pingin masakan yang di buat tangan ibu sendiri….apapun makanannya serasa makan di restoran padang….

semoga begitu seterusnya sampai nanti. kalau minta yg aneh-aneh lumayan merepotkan juga.

Rabu, 04 Mei 2011

Masjid Nabawi, Masjid Sang Nabi



REPUBLIKA.CO.ID, Kota Madinah, biasa disebut dengan Madinah Al-Munawwarah, adalah kota utama di Arab Saudi. Madinah merupakan kota yang ramai diziarahi atau dikunjungi oleh kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia. Di sinilah terdapat Masjid Nabawi, salah satu dari di antara tiga masjid utama selain Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsha di Yerusalem, Palestina.

Nabi saw pernah bersabda, “Madinah itu haram (tanah suci) dari ini sampai ini, tidak boleh dipotong (ditebang) pohonnya, dan tidak boleh dilakukan bid’ah di dalamnya. Barangsiapa yang membuat bid’ah (atau melindungi orang yang berbuat bid’ah) di dalamnya, maka ia terkena laknat Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya.”

Kota yang berjarak sekitar 600 kilometer di sebelah utara Kota Makkah ini memiliki penduduk sekitar 600.000 jiwa. Bagi umat Islam kota ini dianggap sebagai Kota Suci kedua setelah Makkah. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kota ini menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Dari sinilah dakwah Islam menyebar ke seluruh jazirah Arab dan ke seluruh dunia.

Pada awal-awal perkembangan dakwah Islam, daerah ini dikenal dengan nama Yatsrib, sebuah pusat ekonomi dan perdagangan di kawasan. Ketika Rasulullah Saw hijrah dari Makkah kota ini, ia namanya kemudian berganti menjadi Madinah. Lambat laun kota ini menjadi pusat dakwah dan pemerintahan Islam hingga Rasulullah wafat dan dimakamkan di sana.

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah Saw setelah Masjid Quba yang didirikan dalam perjalanan hijrah beliau dari Makkah ke Madinah. Masjid Nabawi adalah masjid pertama yang dibangun Rasulullah ketika tiba di Yatsrib (Madinah).

Lokasinya adalah tempat di mana unta tunggangan beliau berhenti. Tempat ini semula adalah tempat penjemuran kurma milik dua anak yatim bersaudara Sahl dan Suhail bin Amr. Rasulullah kemudian membelinya lalu membangun masjid dan tempat kediaman beliau.

Awalnya masjid ini dibangun sangat sederhana, dengan material tanah liat, bertiang pohon kurma dan beratap pelepah kurma. Pondasinya hanya berupa cetakan tanah liat yang ditumpuk-tumpuk. Nabi sendirilah yang memimpin pembangunan masjid berukuran sekitar 50 m x 50 m tersebut sekitar tahun 622 Masehi.

Tata letak bangunan masjid memang sengaja dibuat mirip seperti tata bangunan rumah Nabi di Makkah. Sebagian atap masjid dibiarkan terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.

Setelah itu, pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi saw. Kediaman Nabi ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup. Selain itu, ada pula bagian masjid yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir miskin yang tidak memiliki rumah, yang dikenal sebagai Ahlus Suffah atau para penghuni teras masjid.

Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas. Renovasi yang pertama dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 17 H, dan yang kedua oleh Khalifah Utsman bin Affan di tahun 29 H. Kemudian pada masa Dinasti Umayyah berkuasa, Khalifah al-Walid memerintahkan para arsitek dan insinyur Arab melakukan perluasan dan restorasi fisik bangunan Masjid Nabi, istilah lain dari Masjid Nabawi.

Walaupun pembangunan ini berskala besar, tapi khalifah tetap menghendaki agar struktur asli masjid tidak diubah. Selain itu, para insinyur pelaksananya juga membangun menara yang berfungsi sebagai tempat muazin melantunkan azan. Minaret, saat itu, dianggap sebagai unsur baru dalam arsitektur masjid.

Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Majid I—Dinasti Turki Utsmani—kembali terjadi renovasi Masjid Nabawi. Kali ini dalam skala besar. Sang Sultan memerintahkan agar semua bangunan masjid diruntuhkan, kecuali kamar Nabi. Selanjutnya masjid dibangun kembali dengan perluasan hingga mencapai 1.293 meter. Inilah perluasan terakhir sebelum akhirnya Masjid Nabawi ditangani oleh pemerintah Arab Saudi.

Pada masa Raja Fahd, Masjid Nabawi kembali diperluas pada 1414 H, sehingga luas bangunannya hampir mencapai 100.000 meter persegi. Ditambah lagi dengan pembangunan lantai atas yang mencapai luas 67.000 meter persegi dan pelataran yang dapat digunakan untuk shalat seluas 135.000 meter persegi. Keseluruhan kompleks Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 700.000 jamaah.

Masjid Nabawi memiliki sejumlah keutamaan, di antaranya sebagaimana yang dinyatakan Nabi Saw, "Satu kali salat di masjidku ini, lebih besar pahalanya dari seribu kali salat di masjid yang lain, kecuali di Masjidil Haram. Dan satu kali salat di Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu kali salat di masjid lainnya." (HR Ahmad)

"Tidak perlu disiapkan kendaraan, kecuali buat mengunjungi tiga buah masjid: Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsa." (HR Bukhari-Muslim dan Abu Dawud)

Oleh sebab itulah, Kota Madinah dan terutama Masjid Nabawi selalu ramai dikunjungi umat Islam dari seluruh penjuru dunia ketika melaksanakan ibadah haji atau umrah.

Di Masjid Nabawi ini terdapat sebuah tempat yang bernama Raudhah (Taman), tempat di mana segala doa dikabulkan dan diijabah oleh Allah SWT. Tak heran jika para jamaah haji atau umrah takkan melewatkan waktu untuk berdoa di tempat mulia ini.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/11/05/02/lkkbop-masjid-nabawi-masjid-sang-nabi

Kamis, 24 Maret 2011

10 bersaudara bintang Al-Qur'an

Judul Buku : 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an
Penulis : Izzatul Jannah – Irfan Hidayatullah
Penerbit : Sygma Publishing, Bandung
Cetakan Ke : 2
Tahun Terbit : Januari 2010
Tebal Buku : xiv + 150 halaman

Setiap orang tua muslim pasti ingin memiliki anak-anak yang hafal Al-Qur'an dan berprestasi. Apalagi para kader dakwah yang sangat menyadari bahwa keluarga merupakan sasaran dakwah yang kedua; ishlahul usrah, setelah ishlahul fardi. Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an ini merupakan sebuah karya yang –seperti kata Ustadz Yusuf Mansur- akan menginspirasi banyak keluarga di tanah air. Ternyata membesarkan anak di masa sekarang untuk menjadi hafiz Al-Qur'an bukan sesuatu yang mustahil.

Buku ini adalah kisah nyata sebuah keluarga muslim di Indonesia. Keluarga dakwah. Keluarga yang mampu menjadikan 10 orang buah hati mereka sebagai anak-anak yang shalih, hafal Al-Qur'an dan berprestasi. Keluarga luar biasa itu adalah pasangan suami istri Mutammimul Ula dan Wirianingsih beserta 10 putra-putri mereka.



1. Afzalurahman Assalam
2. Faris Jihady Hanifa
3. Maryam Qonitat
4. Scientia Afifah Taibah
5. Ahmad Rasikh 'Ilmi
6. Ismail Ghulam Halim
7. Yusuf Zaim Hakim
8. Muhammad Syaihul Basyir
9. Hadi Sabila Rosyad
10. Himmaty Muyassarah



Afzalurahman Assalam

Putra pertama. Hafal Al-Qur'an pada usia 13 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 23 tahun, semester akhir Teknik Geofisika ITB. Juara I MTQ Putra Pelajar SMU se-Solo, Ketua Pembinaan Majelis Taklim Salman ITB dan terpilih sebagai pesertaPertamina Youth Programme 2007.


Faris Jihady Hanifa

Putra kedua. Hafal Al-Qur'an pada usia 10 tahun dengan predikat mumtaz. Saat buku ini ditulis usianya 21 tahun dan duduk di semester 7 Fakultas Syariat LIPIA. Peraih juara I lomba tahfiz Al-Qur'an yang diselenggarakan oleh kerajaan Saudi di Jakarta tahun 2003, juara olimpiade IPS tingkat SMA yang diselenggarakan UNJ tahun 2004, dan sekarang menjadi Sekretaris Umum KAMMI Jakarta.


Maryam Qonitat

Putri ketiga. Hafal Al-Qur'an sejak usia 16 tahun. Saat buku ini ditulis usianya 19 tahun dan duduk di semester V Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo. Pelajar teladan dan lulusan terbaik Pesantren Husnul Khatimah 2006. Sekarang juga menghafal hadits dan mendapatkan sanad Rasulullah dari Syaikh Al-Azhar.


Scientia Afifah Taibah

Putri keempat. Hafal 29 juz sejak SMA. Kini usianya 19 tahun dan duduk di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Saat SMP menjadi pelajar teladan dan saat SMA memperoleh juara III lomba Murottal Al-Qur'an tingkat SMA se-Jakarta Selatan.


Ahmad Rasikh 'Ilmi

Putra kelima. Saat buku ini ditulis hafal 15 juz Al-Qur'an, dan duduk di MA Husnul Khatimah, Kuningan. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara I Kompetisi English Club Al-Kahfi dan menjadi musyrif bahasa Arab MA Husnul Khatimah.


Ismail Ghulam Halim


Putra keenam. Saat buku ini ditulis hafal 13 juz Al-Qur'an, dan duduk di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Ia lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, juara lomba pidato bahasa Arab SMP se-Jawa Barat, serta santri teladan, santri favorit, juara umum dan tahfiz terbaik tiga tahun berturut-turut di SMPIT Al-Kahfi.



Yusuf Zaim Hakim


Putra ketujuh. Saat buku ini ditulis ia hafal 9 juz Al-Qur'an dan duduk di SMPIT Al-Kahfi, Bogor. Prestasinya antara lain: peringkat I di SDIT, peringkat I SMP, juara harapan I Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bogor, dan finalis Kompetisi tingkat Kabupaten Bogor.


Muhammad Syaihul Basyir

Putra kedelapan. Saat buku ini ia duduk di MTs Darul Qur'an, Bogor. Yang sangat istimewa adalah, ia sudah hafal Al-Qur'an 30 juz pada saat kelas 6 SD.


Hadi Sabila Rosyad

Putra kesembilan. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an. Diantara prestasinya dalah juara I lomba membaca puisi.


Himmaty Muyassarah

Putri kesepuluh. Saat buku ini ditulis ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz Al-Qur'an.



Dilengkapi Fakta Kemahaagungan Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur'an sampai Akhir Zaman dan Fadhilah Menghafal Al-Qur'an

Buku 10 Bersaudara Bintang Al-Qur'an ini tidak hanya berisi bagaimana putra-putri Mutammimul Ula dan Wirianingsih menjadi penghafal Al-Qur'an. Di bagian pendahuluan terlebih dahulu dibahas Fakta Kemahaagungan Allah Menjaga Kemurnian Al-Qur'an sampai Akhir Zaman. Meliputi pembagian Al-Qur'an, Al-Qur'an sebagai Mukjizat, Sejarah Turunnya Al-Qur'an Kodifikasi Al-Qur'an, sampai Sejarah Pemeliharaan Kemurnian Al-Qur'an.

Pada bab 5 juga dibahas mengapa menjadi hafiz Al-Qur'an begitu penting. Penulis mengklasifikasikann ya menjadi 2 bagian: fadhail dunia dan fadhail akhirat. Fadhail dunia antara lain: hifdzul Qur'an merupakan nikmat rabbani, mendatangkan kebaikan, berkah dan rahmat bagi penghafalnya, hafiz Qur'an mendapat penghargaan khusus dari Nabi (tasyrif nabawi), keluarga Allah di muka bumi. Sedangkan fadhail akhirat meliputi: Al-Qur'an menjadi penolong (syafaat) penghafalnya, meninggikan derajat di surga, penghafal Al-Qur'an bersama para malaikat yang mulia dan taat, diberi tajul karamah (mahkota kemuliaan), kedua orangtuanya diberi kemuliaan, dan pahala yang melimpah

Apa Kuncinya?
Apa kunci sukses keluarga Mutammimul Ula dan Wirianingsih mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an itu? Keseimbangan proses. Walapun mereka berdua sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas Maghrib adalah jadwal mereka berinteraksi dengan Al-Qur'an.

Beberapa hal yang mendukung kesuksesan ini adalah upaya mereka menjaga kondisi ruhiyah dalam keluarga:
1. Tidak ada televisi di dalam rumah
2. Tidak ada gambar syubhat
3. Tidak ada musik-musik laghwi yang menyebabkan lalai kepada Allah dan diganti dengan nasyid
4. Tidak ada perkataan yang fashiyah (kotor)


Hal yang cukup mendasar yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an adalah visi dan konsep yang jelas, yakni menjadikan putra-putrinya seluruhnya hafal Al-Qur'an. Kedua, pembiasaan dan manajemen waktu. Setelah Shubuh dan setelah Maghrib adalah waktu khusus untuk Al-Qur'an yang tidak boleh dilanggar dalam keluarga ini. Sewaktu masih batita, Wirianingsih konsisten membaca Al-Qur'an di dekat mereka, mengajarkannya, bahkan mendirikan TPQ di rumahnya. Ketiga, mengkomunikasikan tujuan dan memberikan hadiah. Meskipun kebanyakan di waktu kecil mereka merasa terpaksan, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal Al-Qur'an sebagai hal yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi yang baik sangat mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal Al-Qur'an, mereka diberi hadiah

Metode Menghafal Al-Qur'an 10 bersaudara bintang Al-Qur'an

Pada bab penutup penulis memaparkan metode yang dipilih keluarga Mutammimul Ula dalam mendidik 10 bersaudara bintang Al-Qur'an: pertama, mengajarkan membaca. Kedua, repetisi (pengulangan) . Ketiga, memilihkan mereka sekolah yang memiliki program utama menghafal Al-Qur'an. Secara khusus kedua orang tua juga senantiasa menjaga orientasi hafalan mereka. Keempat, saat menginjak usia remaja mereka dipahamkan tentang fadhilah membaca Al-Qur'an. Kelima, kedua orang tua menjadi teladan yang nyaris sempurna dalam dakwah, pemikiran Islam, orientasi tentang keluarga Al-Qur'an, dan senantiasa mendoakan mereka sepanjang waktu hidupnya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Pengikut

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...